Beberapa hari ini, sedang antusias perkara poligami yang akhirnya dinormalisasi sebagai sesuatu ibadah yang menuntut seorang perempuan tidak lagi menerima kebahagiannya yang mutlak. Dari seseorang yang menganggap dirinya sebagai mentor/guru/atau apapun itu yang dihormati keberadaannya. Justru memberi sebuah wawasan yang berakhiran pada sesuatu yang banyak menimbulkan pertanyaan. Mendengar dan melihat penjelasan beliau mengenai, bahwa berpoligami adalah cara para laki-laki menghindari diri dari zina dan juga tentang beliau yang memutuskan cerai kepada perempuan yang sudah tidak bisa lagi memberikanya keturunan serta tentang bagaimana beliau memandang perempuan dengan segala suara yang dimilikinya adalah tidak berguna. Kepada aku sendiri yang akhirnya mempertanyakan banyak hal, apakah sepicik ini agama memandang keberadaan perempuan? apa sebegitu bersalahnya ketika perempuan mengatakan tidak pada perkara yang tidak ia senangi? apakah akan m...
Dewasa yang jauh dari apa yang selama ini aku ekspetasikan. Tentang batin yang tersiksa tapi tetap selalu dipaksa tertawa. Luka yang dipaksa sembuh seketika tanpa diberi penawar apapun