Langsung ke konten utama

Perempuan dan Pernikahan

 "Jangan menikah kelamaan nanti kasian anaknya, jangan muda - muda kamu, kamu gak mau nikmati masa muda yaa?"


Konsep menikah yang selalu disalahartikan oleh semua orang, seolah menikah bagi perempuan adalah moment untuk hitung hitungan umur, kejar-kejaran dengan waktu. Seolah semua perempuan tujuan akhirnya adalah menikah.

Perempuan juga memiliki harapan besar, perempuan juga bisa jadi satu satunya tulang punggung keluarga. Lantas kenapa harus diperdebatkan antara mereka yang ingin menikah di usia muda atau yang menikah diusia yang tidak lagi diumur dualima? meski aku sendiri tidak bisa memungkiri banyak dari orang-orang terdekatku, memilih menikah setelah lulus SMA sebab kondisi ekonominya dan juga proses mengejar cintanya. Tidak masalah dengan hal itu, sama sekali. tapi ada beberapa yang harus memutuskan mimpi besarnya untuk diperistri tuan muda agar tidak semakin lama menjadi beban keluarga. 

Sangat disayangkan kala menikah adalah bentuk dari penyelesaian masalah yang entah aku sendiri sampai sekarang tidak tau apa yang hendak diselesaikan. Bagiku tugas menjadi istri adalah tugas seumur hidup. Tugas menjadi ibu adalah sampai diakhirat pertaruhannya. 

Aku yang berdiri disini, menginginkan semua perempuan mengejar mimpinya. Bahkan jika mimpinya adalah menikah, aku harap itu bukan lantaran sebuah bentuk paksaan sebagai akhir dari penyelesaian pertanggung jawaban

I love u ALL and always love ...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dewasa dan Pesakitannya

Berjalan menitik senja yang tidak kunjung mereda. Banyak tuan dan puan yang mengembara 20 tahunnya. Bentuk sakit yang paling sakit sudah menjadi titik pemisah antara bahagia dan duka.  Aku tau bahwa bahagia tidak pernah jalan ditempat, ia seperti layaknya matahari yang terbit dan tenggelam pada masanya. Aku tau bahwa berduka tidak akan terjadi selamanya juga. Ketika tertawa dan bersedu dera adalah hakikat yang tidak pernah memisah. Aku mengatasnamakan diriku sendiri, menyatakan menyerah kepada hidupku akhir - akhir ini. Aku yang setiap hari menyalahkan diriku sendiri sebab kerap kali gagal mengusahakan hidupku sendiri. Aku yang sendiri dan tanpa cinta ini ingin menghilang dari muka bumi yang setajam belati. Aku dan luka - luka yang selama ini tidak pernah terobati. Aku yang menyiksa diriku sendiri. Aku yang siang tertawa terbahak-bahak dan malam yang menjadi manusia paling cengeng. Aku yang sangat lemah dan tidak pernah menjadi kuat dengan mengatasi segalanya sendiri. Dan aku yang ...

Luka yang Introvert

 Kita yang lebih nyaman dengan segala kepura-puraan. Manusia yang lebih berbakat menjadi aktor dalam panggung sandiwaranya sendiri.  Entah sejak kapan, tapi manusia dewasa semakin hari akan semakin hidup dalam kepura-puraan yang dia ciptakan. Seolah semua baik saja, tapi hatinya menjadi kepingan hancur tanpa sisa. Aku juga demikian.... perihal banyak luka yang tidak aku izinkan siapapun mendengarkan, tidak sudi kalau orang lain harus tau. Bagiku, tidak masalah dengan segala luka yang ada, terpenting adalah bagaimana aku yang masih mampu menyimulkan tawa. Aku rasa semua manusia yang beranjak dewasa juga demikian. Bagimana bahkan kita sendiri tidak bisa jujur dengan diri kita sendiri. Kalau diri kita butuh marah, diri kita juga butuh menangis. Kita diatur seolah-olah harus terus menebar tawa dan menyematkan senyum kepada siapapun. Jadi dewasa ternyata menyedihkan yaa....? Padahal saat masih anak-anak kita bebas mengutarakan apapun yang kita tidak suka, kita diizinkan oleh siapap...