Kita yang lebih nyaman dengan segala kepura-puraan. Manusia yang lebih berbakat menjadi aktor dalam panggung sandiwaranya sendiri.
Entah sejak kapan, tapi manusia dewasa semakin hari akan semakin hidup dalam kepura-puraan yang dia ciptakan. Seolah semua baik saja, tapi hatinya menjadi kepingan hancur tanpa sisa. Aku juga demikian.... perihal banyak luka yang tidak aku izinkan siapapun mendengarkan, tidak sudi kalau orang lain harus tau.
Bagiku, tidak masalah dengan segala luka yang ada, terpenting adalah bagaimana aku yang masih mampu menyimulkan tawa. Aku rasa semua manusia yang beranjak dewasa juga demikian.
Bagimana bahkan kita sendiri tidak bisa jujur dengan diri kita sendiri. Kalau diri kita butuh marah, diri kita juga butuh menangis. Kita diatur seolah-olah harus terus menebar tawa dan menyematkan senyum kepada siapapun. Jadi dewasa ternyata menyedihkan yaa....?
Padahal saat masih anak-anak kita bebas mengutarakan apapun yang kita tidak suka, kita diizinkan oleh siapapun menangis jika kita terluka pada saat itu. Aku yang sangat menyesal sekarang, pernah berdoa kepada Tuhan untuk dipercepat proses dewasanya. Memikirkan betapa mudahnya menjadi dewasa yang bisa mengambil keputusannya sendiri, tapi sekarang malah minta di tuntun terus untuk banyak hal.
Menjadi dewasa dengan luka menganga, sepertinya lebih introvert dari diriku sendiri. Menjadi dewasa yang masih waras saja sepertinya sudah menjadi berkah Tuhan yang tiada tandingnya yaa :)
Komentar
Posting Komentar